Selasa, 26 Oktober 2010

Mengatasi Frustasi

Keadaan dalam sebuah perusahaan atau instansi tidak selalu sama dari saat ke saat. Adakalanya perusahaan mengalami pula pasang dan surut. Jika perusahaan berkembang baik maka peluang-peluang pun akan melebar. Tetapi jika perusahaan melesu, terjadilah keadaan yang sebaliknya. Peluang-peluang menyempit dan promosi-promosi yang dijanjikan atau ditargetkan menjadi tertunda.

Jauh sebelum hal itu terjadi, Anda harus menyiapkan diri lebih dulu. Anda akan menghadapi suatu saat dimana instansi Anda dalam keadaan macet atau beku. Pada saat ini yang Anda rasakan dan Anda lihat adalah suasana monoton. Gairah kerja pegawai merosot dan disiplin kerja ikut terpengaruh. Orang-orang terbelenggu perasaan acuh tak acuh, apatis, dan kebanyakan tidak tahu harus berbuat apa. Keadaan demikian dapat berlarut-larut sedemikian rupa sehingga beberapa rencana terpaksa ditunda atau malahan batal. Saat ini merupakan saat yang menggelisahkan dan
kalau tak ada usaha-usaha untuk mengubah keadaan maka terjadilah suasana frustasi di kalangan pegawai. Wabah frustasi dapat membuat orang bertindak indisipliner dan mencari jalan keluar sendiri-sendiri. Bagaimana sikap Anda jika menghadapi hal yang demikian? Di sinilah tantangan buat Anda untuk mengambil sikap positif. Sikap positif ini mungkin saja akan dianggap sebagai “melawan arus” oleh rekan-rekan Anda karena sebagian besar mereka sudah terjebak oleh frustasi tadi. Sikap Anda di mata atasan maupun rekan merupakan kekecualian! Anda tidak harus frustasi seperti kebanyakan rekan Anda yang belum siap mental itu. Justru saat-saat seperti inilah kesempatan Anda berpeluang bagus untuk menampakkan diri pada siapapun bahwa Anda sedikitpun tidak terpengaruh oleh situasi perusahaan atau instansi. Perlihatkan bahwa Anda mempunyai sikap konsisten dan tegar. Di samping itu, Anda tampak tabah, sabar, dan dewasa dalam menghadapi suasana semacam itu. Di sini kualitas Anda sebagai pegawai diuji dengan ujian berat. Saat ini meraih jabatan benar-benar hanya seperti mimpi di siang bolong. Tidak ada formasi. Tidak ada promosi. Tidak ada secuil harapan pun. Semua berlalu seperti air yang datar saja dan suasana kerja sama sekali tak menyenangkan. Frustasikah Anda? Jika Anda melakukan hal negatif mungkin Anda akan puas dengan perbuatan tersebut. Tetapi ingatlah bahwa kepuasan yang Anda lakukan itu tak lebih dari kepuasan sesaat yang kompensatif sifatnya. Jika saja Anda dapat melakukan kontrol diri pada saat-saat semacam itu, Anda tidak ikut-ikutan frustasi dan tetap konsisten dengan prinsip Anda bekerja, maka Anda seakan-akan mempunyai semacam tabungan untuk hari tua Anda atau masa depan anda di perusahaan itu.
Dalam suasana demikian, sejumlah pimpinan akan menilai para bawahan, termasuk Anda, siapa saja di antara pegawai yang memiliki daya tahan, konsistensi, dan kesabaran. Beberapa pegawai yang merasa gerah dengan situasi perusahaan mungkin sudah meloncat keluar, meninggalkan instansi untuk bergabung dengan usaha lain dan mengadu nasib di tempat yang baru. Sebagian memutuskan tinggal di tempat, tetapi dengan suasana frustasi menghimpit mereka. Di manakah Anda berada? Usahakanlah sedapat mungkin agar Anda tetap konsisten berada di barisan depan mereka yang tidak tergoyahkan oleh kelesuan suasana. Hendaknya Anda menjadi diri Anda sendiri dan tidak berpikiran untuk menjadi orang lain. Anda sendiri yang gagah, yang sabar, dan tawakal dan setia pada janji Anda pada instansi Anda. Tunjukkanlah pikiran Anda hanya pada suatu titik, yaitu bagaimana agar kewajiban Anda pada instansi dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Agar target kerja tercapai dan kerjasama dengan rekan sekerja terbina seharmonis mungkin. Soal apakah jabatan yang Anda inginkan akan tercapai atau tidak, bukan hal yang terlalu penting untuk saat ini. Ibaratnya, dalam badai Anda jangan berpikir untuk menjadi kapten kapal, tetapi lakukan tindakan-tindakan penyelamatan seakan-akan Anda kapten kapal itu sendiri. Jika badai berlalu dan perusahaan sudah normal maka nilai anda selama masa lesu akan muncul dengan sendirinya. Orang akan ingat siapa “kapten” dalam badai dahulu. Siapa “motivator pembawa semangat” dalam masa lesu dulu, dan sebagainya! Wajah Anda, semangat Anda, ketabahan Anda, dan sekaligus tindakan Anda yang terpuji, akan muncul kembali bagaikan sebuah rekaman video, di benak para pemegang kunci jabatan.
Karir yang luar biasa dirintis dari melakukan hal sehari-hari secara istimewa
Memang siapa lagi yang akan mereka tengok selain Anda yang memiliki kepribadian kuat, tabah, konsisten, dan tahan godaan dalam suasana apapun. Andalah itu orangnya dan . . . mereka pun akan sepakat untuk memilih Anda . . . . ! Anda dapat mengambil contoh masalah frustasi di kalangan pertandingan olahraga. Entah itu tinju, bulu-tangkis, atau sepakbola asal saja si pemain sudah kejangkitan frustasi, maka irama permainannya cenderung rusak yang akhirnya akan mengantar sang pemain kepada kekalahan di arena. Petinju yang frustasi akan menggebrak terus dengan pukulan asal-kena dan energi yang tak lagi terkontrol. Maka dalam waktu dekat staminanya pun akan terkuras dan lawan dengan mudah memukulnya KO atau TKO. Kekalahan Foreman dari Muhammad Ali di Kinshasa dalam perebutan gelar dulu, juga karena hal yang sama. Foreman yang dikenal sebagai raja KO ingin memaksakan KO itu pada ronde-ronde permulaan. Tetapi ketika emosinya yang hebat itu menemui kenyataan bahwa Ali belum juga jatuh, terjadilah semacam frustasi di ronde-ronde selanjutnya. Dengan cerdik, Ali memanfaatkan
situasi ini dengan cara menguras habis tenaga lawannya, dan kemudian pada saatnya yang tepat Ali melancarkan pukulan KO-nya. Juga pada pertandingan bola. Bila gawang sudah berhasil dijebol lawan, sering terjadi frustasi pada para pemain yang kalah itu. Apalagi jika umpan terobosan selalu kandas di kaki lawan, maka umumnya lantas terjadi frustasi yang justru mengakibatkan rusaknya irama permainan. Bola mulai tak terkontrol. Salah memberi bola pada lawan. Bola dibawa sendirian menerobos daerah lawan dengan akibat gagal dan kerja membuang-buang bola ke luar lapangan, serta asal tendang yang menjengkelkan penonton. Demikianlah. Jika Anda merenungkan contoh di atas tentu Anda yakin akan kesia-siaan sikap ikut frustasi yang tak jelas dan tak menguntungkan itu. Percayalah bahwa frustasi tak akan memperbaiki nasib, justru merusak nasib. Irama kerja menjadi rusak dan harmoni kerja pun terganggu.
Kalau saja Anda ingat akan catatan di bawah ini, Anda akan tegas mengambil sikap menjauhi sikap frustasi:
1. Jngatlah, bahwa perusahaan atau instansi tidak lepas dari hukum pasang-surut. Adakalanya instansi maju, berproduksi maksimal dan keuntungan me-limpah, maka ada titik terang untuk promosi jabatan. Adakalanya instansi surut, tidak lancar dan terasa beku. Ini semua kenyataan yang harus dihadapi dengan pikiran tenang.
2. Ingatlah, bahwa tak selamanya ada lowongan jabatan. Mungkin ada penciutan, rasionalisasi, atau penyederhanaan demi efisiensi perusahaan. Inipun bukan sesuatu yang harus disesalkan. Ingatlah juga bahwa lowongan jabatan pun jika ada, diperebutkan oleh beberapa orang selain diri Anda. Dalam perebutan tentu saja ada pihak yang menang dan ada pula yang kalah. Jika Anda termasuk yang kalah, bebaskan hati dari perasaan susah. Mungkin belum saatnya Anda meraih kemenangan.
3. Ingatlah juga, frustasi menampilkan citra buruk di mata orang-orang lain. Anda dianggap mempunyai mentalitas
kerdil dan diragukan apakah kelak dapat jadi pimpinan yang baik dengan mentalitas sedemikian.
4. Ingatlah, kesabaran merupakan tabungan berharga pada saat ini dan akan menjadi modal di hari nanti, yaitu hari Anda dinilai dan dinominasikan untuk sesuatu jabatan. Tuhan memberikan pertolongan khusus kepada orang-orang yang sabar dan tawakal.
5. Ingatlah, jangan sekali-kali melepas suatu cita-cita yang baik hanya karena pengaruh keadaan yang sifatnya pun sementara. Pegang teguh cita-cita Anda itu.
6. Ingatlah, apapun yang terjadi, tetaplah memelihara hubungan baik secara terus-menerus dengan siapa saja. Tak terkecuali dengan saingan Anda yang memenangkan jabatan. Tunjukkan bahwa kebesaran jiwa Anda jauh lebih hebat dari pada sekedar jabatan.
Lalu bagaimana jika Anda memang sudah tidak tahan lagi dengan keadaan yang tak menguntungkan Anda? Di sini berlaku “teori gunung api” atau “teori lava” yang sederhana. Menurat hukum alam, jika kepundan gunung api tersumbat oleh lava beku, maka lava dalam gunung akan mencari jalan ke samping yaitu mengalir di pinggang gunung dan bukan lewat kepundan gunung itu. Ini ibarat nasib Anda. Jika jalan “ke atas” sudah buntu, maka tidak salah kalau anda melihat kemungkinan-kemungkinan di luar atap instansi. Anda cobalah dengan usaha-usaha yang sifatnya sambilan sementara menunggu keadaan dalam perusahaan Anda membaik dan memberi harapan lagi. Syaratnya tentu saja ada. Sambilan, betapapun juga, harus merupakan usaha yang halal, tidak bertentangan dengan hukum, dan tidak membuat efek sampingan yang merugikan instansi atau perusahaan. Selain itu sambilan harus tidak mengganggu pekerjaan pokok Anda dan sesuai dengan bakat dan kemampuan pribadi Anda. Anda memang harus berusaha keras karena memang tak seorang pun akan menolong Anda memperbaiki nasib,
Setiap hari adalah sama. Andalah yang membuatnya berbeda!
kecuali tangan Anda sendiri dengan ijin Tuhan. Ahasil, itu semua hanya dapat dilaksanakan kalau Anda sanggup berpikir tenang. Hanya kalau anda tidak gelisah dan frustasi, karena frustasi dapat membunuh kreasi. Jika saja jiwa Anda tenang, tabah, dan akomodatif terhadap situasi, Anda akan lebih mudah memperluas cakrawala pemikiran Anda dengan idea-idea baru dan segar. Program Anda untuk mengusahakan sambilan ini menjadi lebih jelas, lebih terarah, dan lebih bermanfaat. Pendek kata, usaha sambilan akan menjadi kompensasi positif selama masa tak rnenentu itu atau masa transisi dari memburuknya keadaan perusahaan ke saat-saat keadaan menjadi lebih baik. Usahakanlah pada akhirnya atasan akan memberi komentar positif “Dia termasuk orang yang tabah dalam instansi kita ini!” atau komentar lain, “Terdesak oleh keadaan, Si Kumar tetap bertahan”. Atau secara tak sadar mereka berucap, “Nanti jika kita sudah lepas dari kesulitan, dia akan kita pikirkan nasibnya”. Alangkah besar nilai tanggung jawab itu. Alangkah berharga dan indahnya kesabaran. Alangkah hebat ketegaran dan konsistensi itu. Hebat seperti api yang tak pernah padam. Itulah seharusnya gambaran diri Anda. Setelah itu orang boleh iri jika di masa datang ternyata Andalah orang yang menyandang keberuntungan. Itu hak Anda sepenuhnya yang timbul karena Anda telah melakukan pekerjaan di masa susah dengan cara sebaik-baiknya.

Sabtu, 16 Oktober 2010

MACAPAT

Secara utuh inilah urutan tembang Macapat yang diciptakan oleh pujangga Jawa dulu untuk menggambarkan perjalanan hidup manusia dari mulai bayi sampai meninggal, yaitu :
Maskumambang, menggambarkan bayi masih dalam kandungan ibunya, yang belum diketahui jenis kelaminnya, kumambang berarti mengambang dalam kandungan ibu.
Mijil, berarti sudah dilahirkan dan jelas laki-laki atau perempuan.
Sinom, berarti masa muda, yang paling penting untuk pemuda adalah mencari ilmu sebanyak-banyaknya.
Kinanthi, dari kata kanthi atau tuntun yang berarti dituntun supaya bisa menjalani kehidupan di dunia.
Asmarandana, berarti cinta, cinta laki-laki kepada perempuan atau sebaliknya yang merupakan takdir Ilahi.
Gambuh, dari kata jumbuh/bersatu yang berarti apabila sudah bersatu dalam cinta, perempuan dan laki-laki tersebut bisa menjalani hidup bersama.
Dhandhanggula, menggambarkan kehidupan manusia dalam kebahagiaan ketika berhasil meraih cita-cita seperti menemukan jodoh, melahirkan anak, kehidupan yang sejahtera, dan sebagainya.
Durma, dari kata derma/sedekah. Manusia jika sudah merasa hidup cukup, dalam dirinya tumbuh rasa kasih sayang kepada sesamanya yang sedang kesusahan, sehingga akan tumbuh keinginan untuk berbagi. Hal tersebut didukung juga dari moralitas agama dan watak sosial manusia.
Pangkur, dari kata mungkur yang berarti menyingkirkan hawa nafsu angkara murka. Keinginan untuk berbagi dan peduli dengan sesama merupakan prioritas hidupnya.
Megatruh, dari kata megat roh/pegat rohe atau terpisahnya nyawa, ketika takdir kematian datang.
Pocung, ketika tinggal jasad tersisa, dibungkus dengan kain mori putih atau dipocong sebelum dikuburkan.
Jadilah sang Kinanthi yang mengalirkan kata dari Sang Pemilik Kata, untuk kemudian kita alirkan lagi kepada sesama.

Azaz Kepemimpinan


  1. Taqwa
Sebagai bangsa yang religius, setiap pemimpin harus selalu beriman kepada Tuhan YME serta taat kepadaNya
  1. Ing Ngarso Sung Tulodo
Setiap pemimpin harus selalu memberi contoh kepada yang dipimpin. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki kemahiran, pengetahuan yang lebih, serta penuh inisiatif, tangguh, dan ulet menghadapi setiap permasalahan.
  1. Ing Madyo Mangun Karso
Seorang pemimpin harus penuh inisiatif dan kreatif serta dinamis dalam membangkitkan semangat ditengah-tengah yang dipimpin. Kreativitas, Inisiatif dan Aktivitas yang tinggi merupakan tuntutan setiap pemimpin
  1. Tut Wuri Handayani
Setiap pemimpin harus memiliki kemampuan tinggi untuk mempengaruhi dan memberi dorongan dalam membangkitkan semangat yang dipimpin. Dekat dengan yang dipimpin dan selalu dapat memberikan informasi untuk memotivasi yang dipimpin
  1. Waspada Purba Wisessa
Setiap pemimpin selalu waspada dalam menghadapi permasalahan dan mampu melaksanakan pengawasan dan koreksi. Waspada, berani, ulet, dan tangguh naming adil, merupakan prasyarat pemimpin
  1. Ambeg Paramaarta
Memiliki kemampuan untuk menentukan dan memilih dengan tepat hal atau permasalahan mana yang harus didahulukan atau diprioritaskan. Tegas dan bijaksana serta penuh pengetahuan dan pengalaman merupakan tuntutan bagi setiap pemimpin
  1. Prasaja
Sifat, sijap, pembawaan dan tingkah lakunya sederhana, tidak berkelebihan. Setiap pemimpin harus memiliki sifat dan pembawaan yang tidak mementingkan diri sendiri, terbuka dengan sikap yang sederhana
  1. Satya
Setiap pemimpin harus memiliki sikap loyal yang tinggi artinya memiliki loyalitas kepada pemimpinnya, kepada yang dipimpin maupun terhadap sesamanya. Pembawaan yang mudah bergaul, loyal, memiliki rasa humor, dan simpatik merupakan cirri seorang pemimpin.
  1. Gemi Nastiti
Artinya hemat dan cermat. Setiap pemimpin harus memiliki kesadaran dan kemampuan tinggi, sehingga secara tepat dapat membatasi setiap pengeluaran dan penggunaan segala sesuatu secara berdaya guna
  1. Belaka
Setiap pemimpin memiliki kemauan, kerelaan, dan keberanian untuk mempertanggung-jawabkan setuap keputusan, tindakan, langkah dan ucapannya. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus berani, ulet, tegas, dan penuh inisiatif sehingga berani mempertanggung-jawabkan apa yang diperbuat dan tidak diperbuat oleh yang dipimpinnya.
  1. Legawa
Artinya memiliki kesadaran, kemauan, kerelaan, dan keikhlasan yang tinggi untuk pada saatnya menyerahkan tanggungjawab dan jabatannya kepada generasi penerusnya. Setiap pemimpin harus memiliki kepampuan yang tinggi agar penerusnya memiliki sifat-sifat pemimpin yang sejati.

Sabtu, 09 Oktober 2010

????!!!!!!

Pagi buta, ia sudah siap dengan keranjang besar di punggungnya, tongkat penjepit dan magnet bundar di ujungnya. Ia datangi satu demi satu tong sampah di setiap rumah. Ia korek-korek, kadang ia mendapati botol plastik, kadang ia dapati kaleng bekas minuman bersoda, kadang ia dapati kardus dan Koran. Ia mulai memisahkan berdasarkan jenisnya.

Menjelang siang hari keranjang besar itu sudah penuh dengan sampah beraneka jenis. Ia datangi pengepul, ditukarnya sekeranjang sampah itu dengan beberapa lembar uang ribuan setelah sebelumnya ditimbang berdasarkan jenisnya. Pemulung memang mendapatkan uang tidak sebesar yang kita dapatkan, tapi ada pelajaran berharga yang dapat kita ambil.
Pelajaran apa yang bisa kita ambil?

Pertama, Bergegaslah dan jangan Malas!.
Kantuk adalah tanda kehidupan, tapi manakala kantuk itu menjadi alasan utama yang membuat kita berhenti beraktivitas wajib, maka itu adalah tanda "kematian". Kita harus mengalahkan kantuk dan kemalasan setiap hari. Bahkan Rasulullah mengajari kita untuk berlindung dari kelemahan dan kemalasan. Setiap hari pemulung harus berpacu dengan tukang sampah, ketika ia terlambat beberapa saat saja, ia akan kehilangan sampah yang seharusnya bisa pungut. Walau hanya dibalut dengan baju atau kaos lusuh plus celana seadanya, ia harus bergegas sembari bersusah payah membelalakkan kedua matanya untuk mengusir kantuk yang mendera. Ia akhirnya setiap hari berhasil mengalahkan kemalasan, sikap lemah dan berhasil menjemput rizkinya di balik tong-tong sampah. Bagaiman dengan kita?

Kedua, sambut pagi!.
Memulai aktifitas dari pagi hari. Rasulullah pernah besabda:
بورك أمتي في بكورهم, artinya: "Umat ku diberkahi pada pagi hari mereka". Seorang muslim setelah menjalankan shalat malam, dan kemudian istirahat sebentar lalu menjalankan shalat subuh di masjid, tibalah saatnya untuk mencari karunia Allah di muka bumi. Kita diwajibkan menyebar di segenap bumi untuk mencari maisyah, mencari sumber-sumber rezeki dari berbagai pintunya. Apapun profesi kita, apakah guru, pedagang, pebisnis, karyawan, pagi hari adalah waktu yang sangat baik untuk memulai aktivitas. Pagi adalah awal hari, saat fajar mulai menunjukkan kemerahannya, disusul mentari, kicauan burung dan kokokan ayam jantan. Udara pagi hari seberapapun kotornya nanti, adalah kondisi paling ideal untuk dihirup seluruh makhluq hidup termasuk kita. Saat itu pula badan kita telah kembali segar dan bergairah, setelah beberapa jam kita terlelap dan kita biarkan sel-sel tubuh kita meregenerasi dirinya. Saat itulah kuncup-kuncup bunga kembali bermekaran, setelah semalaman ia menguncupkan dirinya. Saat itulah bayi-bayi membuka matanya, tersenyum menebarkan kebahagiaan bagi setiap orang yang menatapnya. Saat itulah Malaikat mendoakan keberkahan bagi orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah. Itulah pagi hari. Maka sebaik-baik aktivitas yang baik idealnya kita mulai saat pagi.

Ketiga, bawalah bekal walau itu berat!.
Lihatlah pemulung, keranjangnya melebihi besar tubuhnya, dipikul di punggungnya, iapun membawa tongkat untuk memudahkan memungut sampah. Ia paham benar apa yang akan ia lakukan dengan bekalnya. Keranjangnya sebanding dengan uang yang ia harapkan setelah ia menjual sampah hasil pencariannya. Bahwa kita dengan berbagai profesi kita, membutuhkan bekal untuk mencapai impian dan hasil yang kita harapkan. Semakin kita siap dan sungguh-sungguh mempersiapkannya semakin siap kita menjemput impian dan sukses yang kita harapkan itu. Kadang bekal itu sangat berat, dan itulah mungkin resiko yang harus kita pikul agar hasil yang kita capai maksimal. Dan sebaik-baik bekal sesungguhnya adalah taqwa, apapun impian yang ingin anda capai. Karena taqwa dijadikan Allah sebagai wasilah agar kita ditolong, agar kita memperoleh jalan keluar dari setiap keruwetan yang kita hadapi, agar kita dimudahkan dan agar kita memperoleh rezeki dari pintu yang tidak kita sangka-sangka.

Keempat, kumpulkan sedikit demi sedikit!.
Keranjang tukang sampai begitu besar, sementara sampah-sampah yang ia pungut mungkin hanya satu buah disetiap tong sampah, malah mungkin ia tidak dapatkan satupun darinya. Tapi ia tidak pernah berhenti dan bosan untuk menghentikan kerjanya, memunguti satu demi satu, mengumpulkan sampah-sampah hingga keranjangnya penuh. Anda, saya mungkin memiliki impian dan target pencapaian yang sangat besar. Seakan-akan target itu sulit bahkan mustahil kita penuhi. Tapi yakinlah bahwa jika sedikit demi sedikit kita kumpulkan kemampuan dan hasil-hasil kecil itu hingga akhirnya target kita terpenuhi. Lihatlah bukankah buku-buku ditulis selembar demi selembar. Lihatlah bukankah banjir itu berasal dari kumpulan dari setitik air hujan?

Kelima, klasifikasikan yang Anda temukan!.
Apapun yang kita miliki, kita dapatkan dan kita hasilkan cobalah untuk dikumpulkan sesuai dengan jenisnya. Itu akan memudahkan kita untuk memikirkannya dan managenya. Klasifikasi itu akan memberi kita nilai yang lebih daripada kita satukan. Bukankan ketika seorang pemulung menjual sampahnya berdasarkan jenisnya ia akan memperoleh uang lebih daripada ia memborongkannya?

Keenam, tukarlah apa yang telah anda hasilkan!.
Berapapun hasilnya yang telah anda peroleh, ia tidak akan bernilai apapun jika tidak Anda tukar dengan sesuatu yang anda inginkan. Bukankah Allah telah mewajibkan hambanya untuk beribadah kepadaNya, tapi Dia juga memberikan bagi hambanya surga dengan rahmatNya? Surga adalah nilai tukar yang akan kita dapatkan setelah kewajiban kita jalankan, walaupun ibadah itu sebenarnya sangat  tidak sebanding dengan nikmat yang Allah berikan kepada kita. Itulah pelajaran yang dapat kita ambil dari seorang pemulung.

Kamis, 07 Oktober 2010

WEDHATAMA

serat wedhatama

kaweroh keslametan diri
sesanti kepribaden poroleluhur
sugih tanpo bondho digdaya tanpo adji
nglurug tanpo bolo menang tanpo ngasorake
terimah mawi pamrih
suwung pamrih tebih adjrih
langgeng tan ono susah
langgeng tan ono bungah
anteng mantheng sugeng jeneng

terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia kira-kira begini ;

syair wedhatama
pengetahuan tentang keselamatan diri
ilmu yang membentuk kepribadian para leluhur ..
kaya meski tanpa harta
sakti meski tanpa ilmu 9kesaktian0
mendatangi musuh tanpa membawa pasukan
menjadi pemenang tanpa merendahkan
menerima dengan ikhlas
tak punya pamrih .. ketakutan menjauh..
keabadian tanpa kesusahan
keabadian tanpa ada kebahagiaan
diam diri punya nama

hmmm .. sungguh dahsyat ya filosofi orang jawa ..?? apalagi klo yang ngerti bahasa jawa .. pasti lebih bisa memahami maknanya … daleemmm banget pokoknya …
kira2 klo ditafsirin dalam bahasa Indonesia begini 9 smoga mendekati yaa … soalnya bukan ahli bahasa sih ..)

kaweruh keslametan diri..
pengetahuan tentang keselamatan diri …. Ini adalah pengetahuan yang dipercaya orang2 jawa untuk bias selamat baik dunia maupun akherat ..

sesanti kepribaden paraleluhur
ajaran yang membentuk kepribadian para leluhurnya orang jawa yang masih bisa diterapkan sampai sekarang

sugih tanpa bandha
kaya, meskipun tak berharta.. maksudnya biar tak berharta asalkan kaya akan ilmu, kebaikan hati, kaya akan teman dan saudara, itu jauh lebih mulia dan kaya dari orang yang punya banyak harta tapi bodoh, kikir, jahat, hidup dalam kesendirian

digdaya tanpa aji
sakti meskipun tanpa aji-aji (ilmu kesaktian), maksudnya.. meski kita tak punya ilmu kanuragan atau ilmu kesaktian sepanjang kita selalu dekat dengan Yang Maha Kuasa niscaya kesaktian itu akan terpancar dengan sendiri-nya

nglurug tanpa bala
jadilah orang yang gentleman jangan pengecut … bila ada persoalan ya selesaikan dsendiri .. jangan rame2 maen keroyok.. datangi musuhmu sendiri dan selesaikan masalahmu …

menang tanpa ngasorake
seandainya pun kita jadi pemenang dalam pertempuran janganlah ngasorake musuh … atau merendahkan martabat musuh.. kita tetep harus menghormati nya …
dan kalau bias bertempurlah tanpa bermaksud mengalahkan … maksud kita tercapai tapi musuh juga tak merasa dikalahkan … win-win solution lewat musyawarah jalan damai maksudnya …

terimah mawi pamrih
segala sesuatu yang dikerjakan baiknya selalu didasari keikhlasan

suwung pamrih, tebih ajrih
kalau kita mengerjakan sesuatu tanpa pamrih, penuh keikhlasan tentunya tak akan takut konsekwensinya …… (buat wartawan; klo gak dapet 86 kan kita jadi bebas mbritain apa aja … heheheh0)

langgeng tan ana susah, langgeng tan ana bungah
keabadian tanpa kesusahan… keabadian tanpa kebahagiaan .. konsisten .. hati yang tenang dan bersih … jadi dalam susah atau bahagia kita tetap punya prinsip yang sama dan tak tergoyahkan

anteng mantheng, sugeng jeneng
diam itu emas…. Gak usah banyakomong, kerja aja yang bener … kalau kita baik atau mengukir prestasi gemilang, tanpa bicara banyak pun nama kita akan harum dan dikenang dengan sendirinya ………..

bagus banget ya … filosofi nya …. Sayang, anak muda jaman sekarang pasti sudah gak mau lagi menerapkan ajaran luhur ini …
(gimana mau nerapin, orang denger yg namanya serat wedhatama aja blom pernah ..)
hehehe hare genee … mana ada sih .. yang mau menyisihkan waktu nongkrong, gaul n nonton sinetron nya buat belajar budaya demi ilmu dan pengetahuan kamu boleh lakukan apa saja …(selama masih dalam koridor kebenaran yaa … jangan keblinger ) karena dalam ilmu pengetahuan lah terletak kebijaksanaan

Selasa, 05 Oktober 2010

Perenungan Tentang Kepemimpinan

Perenungan Tentang Kepemimpinan

Perihal falsafah kepemimpinan Jawa, misalnya dapat kita telaah dari ajaran: “Manunggaling Kawula-Gusti”, yang mengandung dua substansi: kepemimpinan dan kerakyatan. Hal ini dapat ditunjukkan dari perwatakan patriotis Sang Amurwabumi (gelar Ken Arok) yang menggambarkan sintese sikap “bhairawa-anoraga” atau “perkasa di luar, lembut di dalam”. Di mana sikapnya selalu “menunjuk dan berakar ke bumi” atau “bhumi sparsa mudra”, yang intinya adalah kepemimpinan yang berorientasi kerakyatan yang memiliki komitmen:
“Setia pada janji, berwatak tabah, kokoh, toleran, selalu berbuat baik dan sosial”.
Sedangkan prinsip-prinsip kepemimpinan Sultan Agung diungkapkan lewat: “Serat Sastra-Gendhing”, yang memuat tujuh amanah.
Butir pertama, “Swadana Maharjeng-tursita”, seorang pemimpin haruslah sosok intelektual, berilmu, jujur dan pandai menjaga nama, mampu menjalin komunikasi atas dasar prinsip kemandirian.
Kedua, “Bahni-bahna Amurbeng-jurit”, selalu berada di depan dengan memberikan keteladanan dalam membela keadilan dan kebenaran.
Ketiga, “Rukti-setya Garba-rukmi”, bertekad bulat menghimpun segala daya dan potensi, guna kemakmuran dan ketinggian martabat bangsa.
Keempat, “Sripandayasih-Krami”, bertekad menjaga sumber-sumber kesucian agama dan kebudayaan, agar berdaya manfaat bagi masyarakat luas.
Kelima, “Galugana-Hasta”, mengembangkan seni-sastra, seni-suara dan seni tari, guna mengisi peradaban bangsa.
Keenam, “Stiranggana-Cita”, sebagai pelestari dan pengembang budaya, pencetus sinar pencerahan ilmu dan pembawa obor kebahagiaan umat manusia. Dan yang terakhir, butir
ketujuh, “Smara-bhumi Adi-manggala”, tekad juang lestari untuk menjadi pelopor pemersatu dari pelbagai kepentingan yang berbeda-beda dari waktu ke waktu, serta berperan dalam perdamaian di mayapada.
Ada juga ajaran kepemimpinan yang lain, misalnya, “Serat Wulang Jayalengkara” yang menyebutkan, seorang penguasa haruslah memiliki watak “Wong Catur” (empat hal), yakni: retna, estri, curiga, dan paksi. Retna atau permata, wataknya adalah pengayom dan pengayem, karena khasiat batu-permata adalah untuk memberikan ketentraman dan melindungi diri. Watak estri atau wanita, adalah berbudi luhur, bersifat sabar, bersikap santun, mengalahkan tanpa kekerasan atau pandai berdiplomasi. Sedangkan curiga atau keris, seorang pemimpin haruslah memiliki ketajaman olah-pikir, dalam menetapkan policy dan strategi di bidang apa pun. Terakhir simbol paksi atau burung, mengisyaratkan watak yang bebas terbang kemana pun, agar dapat bertindak independen tidak terikat oleh kepentingan satu golongan, sehingga pendapatnya pun bisa menyejukkan semua lapisan masyarakat.
Ini sekadar menunjukkan contoh, betapa kayanya piwulang para leluhur, selain yang sudah teramat masyhur, yang termuat dalam episode Astha-Brata. Atau yang lain, kepemimpinan ideal berwatak Pandawa-Lima, yang dikawal dengan kesetiaan dan keikhlasan oleh seorang sosok Semar dan pana-kawan lainnya anak Semar. Di mana deskripsi, derivasi dan penjabaran serta aplikasinya dalam suatu kepemimpinan aktual mengundang kajian para budayawan dan cendekiawan kita.
Sementara untuk memahami keberadaan kita sekarang, mungkin ada baiknya jika membuka lembaran Babad Giyanti. Tatkala Pangeran Mangkubumi sebelum jumeneng Sri Sultan Hamengku Buwono I bergerilya di kawasan Kedu dan Kebanaran, pernah berujar secara bersahaja, yang dikutip dalam Babad Giyanti: “Satuhune Sri Narapati Mangunahnya Brangti-Wijayanti”. Ucapan itu menunjukkan keprihatinan beliau, bahwa kultur Barat sebagai akses gencarnya politik kolonialisme Belanda yang mencekik, niscaya akan membuat raja-raja Jawa terkena demam asmara dan lemah-lunglai tanpa daya.
Keadaan ini harus dihadapi dengan “wijayanti”, untuk bisa berjaya dan tampil sebagai pemenang. Maka dianjurkannya: “puwarane sung awerdi, gagat-gagat wiyati”, untuk menjadi pemenang, seorang raja haruslah meneladani sikap tulus tanpa pamrih, agar bisa menyambut cerahnya hari esok yang laksana biru nirmala.
Ungkapan ini rasanya amat relevan dengan keadaan sekarang ini, karena ada paralelisme histori, di saat kita menghadapi hantaman derasnya arus globalisasi, yang mengharuskan kita untuk tidak hanya berpangku tangan, melainkan harus bersiap diri untuk lebih meningkatkan kualitas dalam semua aspek kehidupan. Harus “eling lan waspada” menghadapi berbagai godaan dan cobaan di zaman Kala-tidha ini, di mana banyak hal yang diliputi oleh keadaan yang serba “tida-tida” – penuh was-was, keraguan, dan ketidakpastian.

Jumat, 24 September 2010

RENCANA

Biarkan Rencanamu itu bekerja sesuai waktunya,
jangan dipaksakan karena akan menyiksa diri sendiri.

Keinginan yang meruah tumpah untuk memberdayakan seluruh kekuatan akal budi dan tenaga menuju sebuah cita mulia demi kemakmuran dan kebahagiaan sesama dan diri. Semua strategi dilaksanakan dengan mengkaji berbagai teori dan pengalaman hidup. Keunggulan batiniah menjadi sebuah intuisi logis yang didapat seorang hamba dalam merencanakan dan mengambil keputusan. Manusia berencana, selanjutnya?

Bumi, langit dan alam, berputar sesuai garis perputaran dalam kungkungan dimensi ruang dan waktu. Sungguh sangat berbeda dengan kebesaran Sang Penciptanya yang tanpa batas merencanakan dalam janji dan dijanji oleh mahluk-Nya. Keyakinan tentang penetapan jalan yang mesti ditempuh dalam batas akal dan fikiran.

Berencanalah, tapi Aku lebih tahu Rencana-Ku!

Alam telah mengajarkan kepada kita untuk melihat analogi nyata bahwa segala sesuatu selalu berproses dan berjenjang. Tidak akan ada sesuatu yang tiba-tiba terjadi dan menjadi kebaikan. Kuasa-Nya tidak akan bisa ditandingi oleh apapun ciptaan-Nya.

Rencana manusia membutuhkan proses dalam dimensi ruang dan waktu untuk bekerja sesuai dengan hasil yang akan diraihnya. Kesuksesan merupakan buah kesabaran dalam merawat dan menjalankan rencana secara istiqomah (tetap pada jalan kebaikan) sampai akhir pada tujuan. Dan tidak ada akhir. Kecuali diakhiri oleh berhentinya perputaran bumi.

Beban yang teramat berat menanggung kemampuan diluar batas pencapaian yang dicapai oleh akal. Akan terasa sangat berat dengan pemberatan yang dilakukan diri sendiri. Persepsi diri tentang kesabaran tidaklah dengan begitu saja menjadikan manusia tiba-tiba menjadi mulia. Akan sakit dan sangat menyakitkan. Ingatlah, semuanya pasti membutuhkan waktu untuk tumbuh. Biarkanlah tumbuh dengan sempurna dengan kekuatan yang ada. Jangan biarkan semuanya mati sebelum mati.

Berencanalah, dan biarkan tumbuh, dengan demikian keseimbangan alam akan tercapai dan mencapai kehidupan panjang untuk dunia ini. Selalu ingat sesuai dengan izin-Nya.

Sudahkah anda siap untuk berencana?