Selasa, 07 September 2010

Akhlak yang mulia

Islam menyeru agar mereka berpegang dengan akhlak Yang mulia


"Kita dahulu adalah kaum yang terhina lalu Alloh memuliakan kita dengan Islam, maka jika kita mencari kemuliaan dengan selainnya niscaya Alloh akan menghinakan kita." (HR. Hakim dan ia berkata, "Shahih sesuai syarat/standar Bukhari dan Muslim”, dan disahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih at Targhib wa at Tarhib)

Di dunia ini banyak orang yang mengaku muslim, bahkan mengaku sebagai muslim sejati, namun Allah tidak mengakui keimanannya karena orang tersebut tidak mencerminkan dirinya sebagai muslim yang sebenar-benarnya. Di dalam Al-Quran Allah tidak mengakui keimanan seseorang ketika keperibadiannya tidak mencerminkan seorang muslim sejati.

Sejarah telah menunjukkan kepada kita bahwa suatu umat yang bisa bangkit dan tegak, maju dan cemerlang peradabannya, adalah karena pribadi-pribadi mereka memiliki jiwa yang kuat, tekad yang bulat, cita-cita yang luhur, akhlak yang terpuji, perjalanan hidup yang mulia, saling berhubungan dengan erat di antara mereka dan keluarga mereka. Mereka menjauhi hal-hal yang merusak, perbuatan-perbuatan hina dan buruk, tidak melampiaskan nafsu mereka dalam segala kelezatan dan syahwat, jauh dari kejahilan dan penyimpangan.

kita dapati semua itu dalam ajaran-ajaran Islam, karena Islam mengarahkan setiap pribadi manusia untuk membina fisik dan jiwanya secara sempurna dan seimbang, tidak timpang pada salah satunya. Islam menyeru agar mereka berpegang dengan akhlak mulia dan mendakwahkannya, dan agar mereka meninggalkan serta menjauhi segala akhlak yang buruk.

Ajaran akhlak yang mulia ini telah diperlihatkan oleh suri teladan umat ini yaitu Rosululloh yang telah disifati oleh Alloh dengan firman-Nya,

"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berada di atas akhlak yang mulia." (QS. Al Qalam: 4)

Sa'ad bin Hisyam pernah bertanya kepada 'Aisyah rodhiallohu 'anha tentang akhlak Rosululloh, maka 'Aisyah rodhiAllohu 'anha menjawab, "Akhlak beliau adalah Al Quran." Lalu Sa'ad berkata, "Sungguh saya ingin berdiri dan tidak lagi menanyakan sesuatu yang lain." (HR. Muslim)

'Barangsiapa menyenangi amalan kebaikannya dan merasa sedih dengan keburukannya maka dia adalah seorang Mukmin (HR. al-Hakim)

Kemuliaan Akhlak kita yang utama adalah beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, pada hadist diatas Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Salam menyebutkan ada dua ciri khas seorang Mukmin yaitu menyenangi perbuatan baik dan merasa sedih dengan keburukan yang dilakukannya.

Senang dengan perbuatan baik ditunjukkan dengan melakukan sesuatu yang berarti dan bermanfaat bagi dirinya dan juga bagi orang lain, kebaikan yang dilakukan membawa manfaat di dunia dan juga manfaat diakherat. Sebagaimana Nabi sendiri diutus dimuka bumi untuk melakukan kebaikan dan menebarkan kasih sayang bagi umat. 'Dan tiada Kami mengutus engkau melainkan untuk menjadi rahmat semesta alam (QS. al-Anbiya' : 107).

Bila mengerjakan keburukan dirinya merasa sedih karena adanya kesadaran bahwa Allah sangat membenci perbuatan buruk dan melakukan kerusakan dimuka bumi sehingga dirinya layak untuk bersedih. Kesedihan itu menimbulkan penyesalan yang sangat mendalam. Kemudian membuat dirinya bertaubat untuk tidak melakukan perbuatan buruk itu lagi. Itulah kemuliaan seorang Mukmin.

Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya Alloh mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada-Nya" (QS. Az Zumar: 53-54)

Dan Rosululloh sendiri telah memotivasi umatnya yang beriman untuk berpegang teguh dengan akhlak yang bagus dan menjauhi akhlak yang buruk, seperti dalam sabda-sabda beliau berikut ini:

Dari Abu Darda' bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasalllam bersabda:

"Tiada suatu perkara yang paling memberatkan timbangan (kebaikan) seorang mukmin pada hari kiamat selain daripada akhlaq mulia, dan sesungguhnya Alloh amat benci kepada seorang yang buruk perbuatan dan ucapannya." (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Syaikh al Albani)

Wassalam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar